Kamis, 11 Desember 2008

MENULIS SEMUDAH BERBICARA


Menulis itu gampang, karena bisa dipelajari tanpa harus mempunyai bakat untuk menulis. Bakat hanya 30% berpengaruh dalam bisa tidaknya menulis. Semua bisa dipelajari asal bisa baca dan tulis dan mempunyai minat secara terus-menerus yang tak mudah patah dan sisanya adalah bakat kita dalam menulis.
Ada beberapa pertanyaan bagaimana bisa sangat produktif menulis artikel dan buku-buku. Banyak orang heran bagaimana dalam waktu kurang dari tiga tahun, seorang yang belum pernah dikenal sebagai penulis bisa menghasilkan 17 buku yang diterbitkan oleh penerbit ternama dalam negeri. Apalagi sebagian buku-buku itu berhasil masuk dalam daftar best seller books. Untuk menjawab rasa ingin tahu sebagian orang yang mungkin berminat menekuni dunia tulis-menulis di masa depan, ada kiat-kiat praktis yang mungkin akan mempermudah dalam menulis. Seperti yang tertuang dalam buku Arswendo Atmowiloto, Mengarang itu Gampang dan Andrias Harefa, Agar menulis bisa Gampang.
Realitas Imajinatif
Kenyataan atau kejadian yang ada dalam tulisan, kenyataan ini merupakan hasil imajinasi seorang penulis atas realitas yang ada sehari-hari, yang kita liat atau kita ketahui. Jadi, realitas dalam karangan adalah hasil dari imajinasi yang diolah dan diciptakan kembali oleh penulis.
Bersikap Rasional
Kalau ingin menjadi penulis professional, harus belajar bersikap rasional. Dan sikap rasional ini berkesinambungan dengan enam pertanyaan dasar dalam menulis yaitu 5 W+1 H. Apa?, Mengapa?, Siapa?, Kapan?, Di mana?, Dan bagaimana?.
Tegasnya penulis yang professional harus akrab dengan pertanyaan, dan menjauhkan diri dari kencendrungan suka menghafalkan (membeo). Mencari jawaban dan terus mencari jawaban yang lebih baik, tidak puas oleh jawaban-jawaban klise yang sloganistik meski itu belum sepenuhnya salah dan selalu bersikap kritis terhadap banyak pendapat bahkan terhadap pendapat sendiri.

Ilham ke Ide
Kembangkan ilham ke ide yang brilian, melalui tahapan –tahapan kecil. Proses datangnya ilham atau insprasi hanya sebuah letikan dan tidak semua letikan bisa langsung digarap menjadi sebuah tulisan. Dari letikan ini bisa bisa menangkapi ide penulisan. Ide penulisan adalah dari letikan tertarik untuk membuat suatu karangan dan dari sinilah mulai ada ide penulisan, permasalahannya lebih lengkap, apa yang ingin ditulis dan apa ide dasarnya dan apa yang perlu ditekankan.
Plot
Ini bagian sulit, tapi juga bagian yang paling mengasikkan yaitu alur tulisan. Ini adalah masalah dasar dari penulisan. Bisa dikatakan rangkaian dari sebab dan akibat yang membuat menulis berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar.
Komitment
Komitment dapat dipahami sebagai “janji pada diri sendiri” dan menulis lebih bisa mudah kalau ada perjanjian dengan diri sendiri seperti “saya akan menulis dan terus menulis” jadi menulis bisa lebih mudah kalau kita punya komitment yang kuat dan bukan karna bakat karena namanya bakat itu tidak lain adalah minat dan ambisi yang terus-menerus berkembang. Jadi menulis bisa gampang kalau ada komitment, janji pada diri sendiri.
Menggarap tema
Tema ialah dasar pikiran penulis yang disampaikan lewat karyanya dan akan ditangkap oleh pembaca, cukup jelas kan.
Mengembangkan ide
Ide adalah sebagai rancangan yang tersusun didalam pikiran atau gagasan, sementara kata Robert T.Kiyosaki dalam bukunya Rich Kid, Smart Kid (2001) adalah Money is An Idea. Apakah anda setuju dengan pengertian dari Kiyosaki, kalau anda setuju mengapa? Apa alasannya? Kalau kurang setuju, apakah anda bisa memberikan pengertian yang lebih baik? Apa bedanya antara ide dan inspirasi, ilham atau bahkan wahyu? Lalu mengapa ada orang yang memiliki banyak ide, sementara yang lainnya tidak? Apa yang membuat ide bermunculan dan apa yang membuat ide teraniaya atau mati sebelum sempat dilahirkan?
Serentetan pertanyaan diatas adalah alat Bantu untuk mengembangkan sebuah ide. Dan kemampuan mengembangkan sebuah ide adalah suatu hal yang perlu kita miliki bila ingin menjadi penulis professional. Yang artinya menulis bisa gampang kalau kita berminat terhadap sesuatu dan mencoba mengembangkan ide tentang sesuatu yang kita minati itu.
Memilah dan Milih Topik
Kalau soal mengembang biakan ide sudah biasa dilakukan,cboleh jadi suatu ide utama adalah induknya telah terpilah-pilah menjadi lebih terperinci. Pada titik ini mungkin akan muncul beraneka ragam topic yang bisa ditelusuri lebih jauh. Dan untuk tidak mengacaukan focus suatu tulisan, boleh jadi perlu dipilih mana yang ingin ditulis lebih dulu.
Kemampuan mengembangbiakan ide harus ditindak lanjuti dengan kemampuan memilah-milah dan memiliki topik agar lebih fokus dan spesifik. Disini rasa ingin tahu harus dipelihara dan ditingkatkan kearah survei atau riset sederhana, entah di took buku atau diinternet. Lalu semua topic yang muncul diinvertarisasikan untuk memperoleh gambaran yang lebih luas dan jelas. Kemudian pilih salah satu topik sederhana yang bisa ditulis.
Judul
Apakah judul karangan, khususnya artikel atau esai, harus satu kata? Tidak tentu. Namun judul yang kepanjangan akan terasa aneh dalam banyak kasus, terutama kalau tulisan itu sendiri tak terlalu panjang. Yang jelas sebuah judul sedikitnya harus diyakini mampu menjalankan tugasnya, yakni menarik perhatian sambil mengelitik minat pembacadan menjelaskan secara singkat inti gagasan yang ingin disampaikan.
Soal menentukan judul sangat penting karna judul bisa diharapkan menolong pembaca untuk tertarik dan berminat.
Mengetik yang baik
Mengetik dengan baik mengenali unsure-unsur yang sudah disebutkan lebih dulu. Bahkan dengan mengetik yang baik apa yang dinamakan tema, plot, dan unsur-unsur lain bisa dinikmati. Pertama adalah hasil ketikan harus rapi dan teratur karena tulisan yang dikirim ke redaktur majalah atau harian atau penerbit tidak sedikit jumlahnya. Kalau sebelum dibaca tidak menimbulkan selera lantaran pengetikannya acak-acakan, apa yang akan terjadi? Banyak tulisan yang gugur sebelum diperiksa, hanya karna pengetikannya kacau dan semrawut.
Mengetik yang baik adalah ketik dengan jarak dua sepasi. Sebelah kiri kertas tulisan diberi ruang tiga centi untuk tempat koreksi. Untuk alenia baru, agak menjorok ke dalam. Sebaiknya di sudut kiri atas dijelaskan jenis karangan. Agak kebawah, judul dan nama penulis kalau tidak di taruh di bagian akhir, dan usahakan jangan terlalu banyak coretan. Kalau perlu ganti kertas.
Sudah bisakah mengetik dengan baik? Mengenal kegunaan titik, koma, huruf kapital, dan lain-lain sangat penting bagi penulisan yang baik. Selanjutnya pakai ejaan yang benar dan cara yang sudah diputuskan oleh pemerintah.
Beberapa kiat-kiat diatas dalam menulis adalah sebagian besar tata cara menulis yang baik dan benar, dan tentu saja akan memudahkan kita dalam menulis apapun, artikel, esai atau yang lain-lain. Sekarang tinggal kemauan atau komitment yang kuat untuk menulis yang bisa memperkuat tulisan menjadi baik dan berbobot. Jadilah penulis yang baik bagi diri sendiri dan orang lain.












Penulis: Riki Choyrol Huda, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII
Hp : 085292949773
Email : riki_cool99@yahoo.com

Kehidupan anak kost di yogyakarta

Oleh : Galih Tenggara
Kita semua sudah pasti tahu kota jogjakarta adalah gudangnya tempat untuk mencari ilmu, yang dimana sudah ada banyak beberapa universitas baik negeri maupun swasta yang sudah terkenal hingga di seluruh indonesia, dan sebagai calon mahasiswa sudah tinggal memilih universitas mana yang akan dipilih untuk mencari ilmu hingga lulus nanti.
Tidak hanya melihat dari segi pendidikan, tetapi juga melihat dari segi keadaan lingkungan yang salah satu contohnya dalam memilih tempat kost-kostan yang sangat nyaman dan membuat diri kita pribadi betah. Sudah sangat jelas dimana di setiap lingkungan universitas sudah pasti ada tempat yang khusus untuk di kontrakan atau di kostkan baik laki-laki maupun perempuan, semua penghuni kost-kostan rata-rata adalah mahasiswa atau mahasiswi yang merantau dari beberapa propinsi di indonesia dari sabang sampai merauke. Tetapi tidak hanya khusus anak luar daerah jogja yang pasti ngekost, adapun orang yang asli dari jogja banyak memilih ngekost karena ada alasan rumahnya sangat jauh dari kampus, ingin mecoba hidup lebih mandiri walaupun dekat dengan orang tua, tetapi masih adapun yang memilih tetap tinggal dengan orang tua dengan alesan tidak ingin tambah membebani orang tua.
Kehidupan di kostan memang hampir sama dengan kehidupan di rumah asli yang membedakan hanya kita kejakan sendiri dari makan, nyuci dan lain-lain. Setiap kostan memiliki keadaan yang sangat berbeda, ada juga yang kostannya memiliki fasilitas kamar mandi dalam tidak di luar kamar dan ruangan yang di khususkan untuk memasak kebutuhan sehari-hari, biasanya kostan ini yang akan di berikan kepada setiap kaum perempuan, berbeda dengan kostan laki-laki yang di mana lingkungannya sangat kurang nyaman.
Tidak hanya itu saja, kostan adalah ruang atau tempat untuk mencari arti lebih jauh tentang pertemanan, di kostan kita akan mendapatkan teman-teman yang tidak hanya dari dalam pulau jawa tetapi dari berbagi luar pualu jawa dari pulau sumatra, kalimantan, bali, lombok, sulawesi, maluku hingga irian jaya. Dan kita akan lebih mengetahui kelakuan yang di tunjukan kita sehari-hari, memahami pemakaian bahasa asli dari setiap teman yang berasal dari luar pualu jawa.
Kehidupan di kostan terbilang menyenangkan karena apabila tidak ada kuliah ataupun bolos kuliah, kita pasti melakukan kegiatan yang sangat tidak penting dengan menghabiskan waktu di kamar saja dengan menonton televisi, main game sepuasnya di komputer, tidur seharian, santai-santai ataupun ngobrol-ngobrol yang tidak penting dengan teman satu kostan. Dan ada juga yang keluar kostan atau jalan-jalan bareng dengan teman-teman satu kostan menuju tempat tongkrongan di rumah makan, di kafe-kafe dan di mall yang bertujuan untuk sekedar membuang waktu, cuci mata ataupun untuk menjernihkan pikiran yang selama lima hari otak kita harus berkerja untuk mendapatkan ilmu di perkuliahan.
Dari hal inilah kita akan mengerti lebih jauh tentang kehidupan yang ada di jogjakarta terutama di daerah kost-kostan.

PERANG TARIF SELULER DI INDONESIA

Oleh : Muhammad Noor Arief

Saat ini di Indonesia kian marak yang menggunakan media handphone sebagai sarana komunikasi bahkan sekarang ini handphone saat ini bukan saja untuk berhubungan secara langsung akan tetapi handphone tersebut sudah menjadi lifestyle di kalangan masyarakat baik dari lapisan masyarakat dari lapisan elit sampai pembantu rumah tangga dari kota besar ataupun pelosok-pelosok di seluruh Indonesia.
Hal yang demikian itu membuat para pebisnis kartu seluler tengah berupaya untuk berlomba-lomba dalam merauk keuntungan konsuman, apalagi dengan maraknya iklan kartu seluler yang banyak bermunculan baik di media elektronik (TV dan Radio), media cetak (surat kabar, tabloid dan majalah), bahkan sampai media internet pun iklan tersebut juga sering sekali terpampang.
Peranan iklan sangat besar sebagai media sosialisasi untuk meluncurkan produk baru maupun fasilitas atau layanan baru yang dipromosikan. Melalui iklan kita melihat persaingan yang semakin ketat antara operator seluler dalam menarik konsumen supaya tertarik untuk menggunakan produknya. Bahkan dalam beberapa media kita saksikan perang harga untuk menarik pelanggan dilakukan oleh berbagai operator. Selain itu dalam hal ini juga banyak sekali kompetisi yang tidak sehat dalam pengiklanan layanan selular melalui iklan yang ditayangkan media berupaya menjelek-jelekan produk lainnya,disamping juga tindakan kebohongan pada publik dengan hanya bisa mengungkapkan dengan iklan saja akan tetapi kenyataan dilapangan tidak sebaik dalam tampilan iklan (azzampasha.blog friendster.com).
Dalam proses pemasarannya gencarnya tarif hemat banyak disuguhkan perusahaan operator selular mulai dari telpon murah, SMS murah, sampai video call murah, semuanya untuk menarik perhatian konsumen khususnya kalangan muda seperti kita (radarbanten.com). Akan tetapi para operator penyedia layanan jasa seluler menghadapi kesulitan di dalam mengembangkan bisnis layanan mereka ketika pasar sangat dinamis, di mana karakter konsumen sebagai pengguna layanan adalah dengan cepat dan mudah beralih ke penyedia layanan lainnya. Oleh karenanya, para operator layanan seluler harus melakukan tindakan dan inisiatif dalam berbagai cara melalui inovasi- inovasi yang dihasilkan sebagai fokus utama dalam layanan untuk dapat mempertahankan keberadaannya di pasar yang sangat kompetitif dewasa ini.
Bayangkan saja XL Bebas dengan tarif Rp 1/detik yang katanya tak kebanyakan syarat dan berlaku se-Indonesia, ternyata ada segudang syarat yang bikin pelanggan terjebak. Ini semua tak diperlihatkan di media TV atau poster. Syarat-syarat ini hanya dapat dilihat di website XL. Pelanggan yang hanya terpacu pada iklan di TV, akan merasa terjebak. Memang benar, saya akui nelpon dari XL bebas ke operator lain memang termurah. Tapi, ternyata dimenit sekian tiba-tiba koneksi terputus. Jadi, masih ada rasa tidak ikhlas memberi tarif termurah. Setelah simPATI mengeluarkan PeDe, XL kembali menawarkan Rp 0,1/detik setelah pembicaraan 2,5 menit.
Kemudian dari Indosat MENTARI yang kurang sukses dengan si 0 karena diledek XLakhirnya Tarif GPRS Mentari turun menjadi Rp 1/kbytes. Tapi sayang, untuk melakukan aktivitas panggilan masih dirasa mahal dan terkadang untuk menelpon ke no sesama operator meskipun sudah diinput dengan benar, sering salah sambung ke nomor lain dan percakapan kadang berlangsung 1 menit tetapi pulsa masih utuh alias tidak berkurang sama sekali. Memang sangat menguntungkan bisa menelpon gratis 1 menit, namun sering kali dalam melakukan panggilan salah sambung ke nomor orang lain yang tidak dikenal.
Kartu 3 dengan tarif Rp 1/menit selama 60 detik sehari dengan hanya mengisi ulang Rp 10.000, dapat menikmati tarif murah ini.esia juga tidak mau ketinggalan meledek XL bebas, simPATI, MENTARI dan 3. Kini hadir lagi CDMA SMART yang berawalan 0881 dan bisa dipakai diluar kota yang juga menawarkan telepon gratis. Kemudian CDMA fren yang berawalan 0888 (mobile-8) seluler dengan pilihan cerdas. Ada lagi CDMA Ceria. Indosat juga mengeluarkan kartu STAR ONE dengan program ngorbit-nya (ngobrol irit Rp 25.000/bulan). Dari segi pasca bayar ada juga Kartu HALO, MATRIX dan Xplor dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing.(turwahyudin.files.wordpress.com).
Terjadinya perang tariff itu seolah-olah sudah menjadi hal yang tidak tabu dalam masyarakat. Memang benar pada awalnya perang tariff ini dirasa sangat wajar-wajar saja, namun belakangan ini perang tariff ini sampai menembus angka dibawah satu rupiah. Hal ini seperti yang terjadi pada tariff XL yang turun menjadi Rp.0,1,-/detik kemudian IM3 juga turun menjadi Rp.0,01,-/detik bahkan sampai angka Rp.0,0000001,-/detiknya. Apalagi jika terjadi pada saat menjelang puasa, lebaran dan tahun baru operator seluler lebih sering lagi untuk berlomba-lomba untuk bersaing dalam memberikan bonus bagi para konsumen, seperti tariff mudik dan lain sebagainya ( infopulsa.com).
Kita sendiripun sebagai konsumen juga merasa bingung untuk memilih kartu seluler yang akan kita gunakan untuk keperluan kita sehari-hari karena jika kita lihat lama-kelamaan operator selalu menyediakan layanan yang baru tiap kali penayangan iklannya. Tidak hanya dari layanan yang baru saja para pengiklan juga sering menghadirkan daya kreatifitas dari pada penayangan iklan yang masing-masing memiliki daya pikat sehingga menarik para konsumen untuk bertahan di produknya atau menambah konsumen sebagai anggota selulernya.
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) melihat tarif telekomunikasi yang diberikan oleh operator kepada masyarakat saat ini belum merupakan perang tariff meskipun saat ini sudah sering diputar di berbagai media mengenai promo tariff murah. Maraknya iklan yang sering termuat di berbagai media menurut mereka hanyalah sekedar promosi marketing karena melihat pada April mendatang pemerintah sudah menetapkan pemberlakuan skema tarif interkoneksi yang mana tariff tersebut akan turun atau tidak.
Senada dengan BRTI menurut pendapat Presiden Direktur PT Excelcomindo Pratama Hasnul Suhaimi dan Group Head Brand Marketing Indosat Teguh Prasetya mengatakan tarif seluler saat ini belum merupakan perang tarif akan tetapi hanya perang marketing. Dia mengatakan rata-rata kapasitas jaringan yang terpakai dari jaringan eksisting sekitar 50 persen, sehingga operator berusaha meningkatkan penggunaan kapasitas jaringan dengan menurunkan tariff dan pihaknya tengah berusaha untuk menurunkan tarifnya sampai yang semurah-murahnya untuk kepuasan pelanggannya (antara news.com).
Fenomena maraknya iklan kartu seluler ini meskipun dikatakan sebagai promosi marketing pada dasarnya tetap merupakan perang tarif seluler antar operator karena melihat dari gejala dan fenomena yang kian marak terjadi di masyarakat.

Perbedaan Menjadi Jurnalistik Media Cetak dan Media Elektronik

Jurnalisme adalah catatan harian atau catatan mengenai kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari. Jurnalisme konvensional adalah proses mengolah suatu data fakta dengan prisip piramida terbalik serta dengan memenuhi segala kaida – kaidah jurnalisme ataupun mengandung unsur 5W + 1H ( What, When, Where, Who, Why dan How )dan menyampaikannya segera kepada khalayak merupakan inti dari proses jurnalisme konvensional, Seperti surat kabar dan televisi.
Salah satu media dari jurnalisme konvensional adalah surat kabar atau media cetak dan media elektronik seperti televisi. Dikedua media tersebut ada beberapa unsur perbedaan dalam lingkungan praktek jurnalismenya walaupun pada dasarnya sistem jurnalistik sama dalam memproses pemberitaaan dimedia. Di media cetak kita bisa menulis berita atau artikel dengan byline, atau mencantumkan nama sendiri didalam tulisan tersebut. Meskipun setiap tulisan yang dimuat itu sudah melalui proses penyuntingan oleh orang lain, baik dari segi bahasa ataupun content, tetap bisa mengklaim bahwa itu adalah tulisan karya kita sendiri dan bisa dibilang, 90 persen dari materi yang dimuat itu adalah karya kita. Di media televisi, tampil secara individual itu sulit dilakukan, karena semua paket berita ataupun tayangan benar-benar dikerjakan secara kolektif. Untuk liputan berita pun minimal sudah harus dikerjakan berpasangan, oleh seorang reporter dengan seorang camera person. Walaupun, bisa juga dilakukan seorang diri sebagai VJ (video journalist).
Namun, menjadi VJ jelas merupakan tugas berat yang merepotkan. Peran VJ ini biasanya lebih banyak dilakukan untuk menyiasati kekurangan tenaga camera person. Jadi, reporter diharapkan juga bisa memegang kamera. Belum lagi menyebut, hasil liputan ini harus diedit oleh seorang editor, yang ditugasi khusus untuk itu. Peran seorang editor sangat penting, karena hasil liputan yang bagus pun bisa jadi berantakan, jika dikerjakan oleh editor yang buruk. Perbedaan yang lain, di media suratkabar, kemajuan (baca: peningkatan tiras atau sirkulasi, serta pemasukan iklan) suratkabar itu tidak mudah diatribusikan pada peran individu atau rubrik tertentu. Sedangkan di media televisi producer atau jurnalis di media TV sangat transparan. Setiap orang bisa menilai, karena ada ukuran kinerja yang jelas, yaitu rating dan share setiap program. Ini memberi tuntutan pada setiap producer dan crew program yang dipimpinnya, untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja. Walaupun, bisa saja didebat bahwa angka rating dan share itu tidak identik dengan kualitas program. Namun, dalam iklim industri media televisi sekarang, bottom line-nya memang bukan pada kualitas program, tetapi pada keuntungan dari pemasukan iklan. Suka atau tidak, itu kenyataannya.

Kelebihan dan Kekurangan jurnalisme konvesional

Paham dari jurnalisme konvensional adalah sebisa mungkin dan sesegera mungkin informasi dari media dapat dimengerti dan dipahami oleh khalayak luas. Dengan apa ynag menjadi tugas dari seorang jurnalis yaitu menyampaikan suatu informasi yang penting untuk diketahui oleh khalayak atau masyarakat.Surat kabar, radio dan televisi merupakan bagian dari jurnalisme konvensional. Media yang digunakan dalam jurnalisme konvensional adalah media cetak seperti surat kabar,majalah, tabloid dan sebagainya, radio ataupun televisi.
Jurnalisme konvensional memiliki beberapa kelebihan. Kelebihannya diantaranya adalah jurnalisme konvensional seperti radio dan televisi dapat dikonsumsi dimana saja dan sambil mengerjakan apa saja. Lebih mudah didapat dan lebih menjamin kebenaran berita atau informasi yang disampaikan.
Selain surat kabar, radio dan televisi juga merupakan bagian dari journalism konvensional. Radio merupakan media elektronik yang sangat luwes. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya. Koran atau surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan keempat, maka radio siaran mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifith estate. Karena radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti halnya surat kabar, disamping empat fungsi media yang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan radio siaran adalah daya langsung, daya tembus dan daya tarik.
Dari ketiga media massa tersebut, televisi merupakan media yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi merupakan bentuk penyampaian jurnalisme konvensional yang banyak diminati oleh masyarakat luas. Hal ini disebabkan oleh karena televisi dengan tampilan audio visualnya sehingga suatu informasi yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat.
Sedangkan kekurangan Jurnalisme konvensional adalah tidak memungkinkan audience untuk lebih bisa leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya. Jurnalisme konvensional tidak memungkinkan jumlah berita yang disampaikan kepada audience jauh lebih lengkap. Informasi yang disampaikan kepada audience melaui jurnalisme konvensional tidak dapat dilakukan secara cepat dan langsung. Jurnalisme konvensional tidak memungkinkan adanya peningkatan partisipasiaudience dalam setiap berita atau informasi yang disampaikan
Menjadi jurnalis di dalam media apapun pada dasarnya sama dari proses pemberitaan. Hanya proses penyampaian informasi kepada publik yang berbeda dari tulisan, audio dan audio visual. Sedangkan kekurangan dan kelebihan suatu media konvensional ini menjadi hal yang lumrah dimana semua hal setidaknya memiliki kekurangan maupun kelebihan tertentu dimana masih ada aspek yang terbatas dalam penyampaian informasi.